selamat pagi, nyata.

Pagi ini dering memekakkan membangunkanku, tertulis "hei aku mimpi buruk :(" aku melenguh sejenak. Aku bingung hendak membalas apa, hanya sesak dalam hati. Tentu saja itu tak semudah mengirim pesan seperti biasa, karena itu bukan pesan biasa. Saat semua sibuk dengan mimpinya, aku lebih suka membenahi kenyataan. Kadang aku berpikir, kalau sebatas mimpi buruk lantas aku mengeluh, bagaimana dengan kenyataan yang buruk? Karena itu aku tak tertarik bermimpi. Bermimpi tandanya aku mengambil resiko untuk mimpi buruk, ah lebih baik jalani kenyataan buruk sekalian. Seperti malam tadi, aku punya mimpi yang abstrak tapi tentu saja kenyataan lebih nyata.



Pagi ini bukan pagi yang cerah, bukan hanya untukku tapi memang mendung. Untuk bangkit dari kasur pun segan apalagi keluar kamar. Aku tak menyalahkan sesiapa untuk alasannya, aku tidak geram - yah mungkin sedikit lusuh. Dengan gontai kusambangi kamar mandi. Tak butuh waktu lama aku bersiap, tapi aku kalah cepat dengan yang lain. Ternyata semua telah rapi bersiap menuju harinya, sepagi ini? Tanpa memberiku kepastian? Yah sudahlah. Semalam kuberanikan bertanya, meski aku telah berprediksi bagaimana nantinya. Terkadang sulit sekali untuk bertanya, tapi lebih sulit lagi mengerti jawaban bukan menerima jawabannya. Aku tak ingin berpikir untuk meminta lebih (lagi), aku rasa raut muka cukup menjawab walau aku tak tahu pasti apa jawabannya. Aku selalu menjadi aku yang tak mahir peka (katanya). Beres, terima kasih, aku tenang dalam bilik.

Satu pesan masuk di ponselku, "hei aku mimpi buruk :(" lekas saja kubalas, "hei aku kenyataan buruk".

Komentar

Postingan Populer