kenapa kamu merasa gagal?

"dia pikir, dia yang paling indie. merasa paling edgy dan paling kiri." - Petualang Sherina (dengan perubahan)

Mendobrak arus utama sepertinya sudah menjadi sifat bawaanku sejak langkah pertama kupijak. Bosan dengan kenormalan dan aturan 'itu-itu saja' yang diberlakukan. Sampai saat ini, aku tiba di persimpangan hasil pemberontakan terbesar dalam perjalananku di bumi, tentang arah yang hendak menghidupiku.

Kala dewasa, kita tahu ada opsi yang sudah sepatutnya menjadi persoalan hanya untuk diri sendiri. Aku ingin punya itu, tanpa campur sari tangan pihak lain, hanya aku. Atau setidaknya izinkan aku menggambarkan pandanganku. Sayangnya, aku menyerah pada saat itu. Memilih berpasrah dengan prinsip, 'kalau aku gagal, setidaknya ini bukan mauku'. Aku tumbuh dan menjadi kuat karenanya. Kemudian, tiba pada saat perlawanan sengit menamparku.

"Aku udah disini (sebut kampusku lengkap dengan jurusannya), apalagi? udah kan. aku gak pernah bikin mereka kecewa (ok, sekali saat aku berbohong berkali-kali). Setelah ini, aku gak punya tanggungan apa-apa lagi."
Lalu, seorang lawan bicara menatapku tajam
"Masa depan kamu, itu tanggung jawab kamu."
Sejak saat itu aku tahu aku akan kehilangan arah, terseret amarah dan terus terhanyut sampai buih terakhir.

Untuk mengobati rasa sakit dari kegagalan itu, aku mengeluarkan mantra,
"Terserah, aku gak akan berjuang lebih untuk hidup dari sini."
Pilihan yang tersisa adalah berlari mencari peruntungan lainnya. Dan beruntungnya, Tuhan Maha Asyik. Aku kembali menemukan arusku, menghidupinya. Bisa kubilang, saat ini keadaanku jauh lebih dari cukup. Lagipula permintaanku tidak pernah muluk-muluk.

Lalu, kenapa aku merasa gagal?
Entahlah. Jadi manusia setengah aku ini sangat menyedihkan. Gali lubang tutup lubang kegagalan menjadi rutinitas sepanjang napas. Aku menjadi anak tanggung, jack of all trades.

Jauh di dasar inginku, aku berharap ada rumah. Tempatku kembali, bermanja, bercinta dengan apa yang aku sebut nyaman. Tidak seperti ini. Mengelak dari kesalahan hanya untuk mendandaninya agar tampak baik-baik saja. Aku pengecut yang sebenarnya. Seorang pelari yang kabur dari tanggung jawab masa depanku. Sebut memang karirku menawan, tapi aku mengubur pusaka wajibku sebelum ia mati.

"Berhentilah untuk sombong, kamu bukan apa-apa"
Aku dan duka masa lalu.

Komentar

Postingan Populer