AFK

 Apa yang aku temukan selama satu minggu menghilang dari radar manusia.
– Sebuah rekap.

 

Jika dibahas secara teknis, kehadiranku di alam ini masih ada. Namun, aku sendiri tidak yakin jiwa dan pikirannya bersemayam dimana kemarin. Satu hal yang bisa aku lakukan untuk tetap mengingat hal yang terlewatkan adalah dengan menuliskannya disini. Sebelumnya, sebuah peringatan, mungkin akan terasa hangat bagi beberapa orang (bisa jadi terlampau panas bagi orang lainnya). Jadi... atur temperaturmu sendiri, aku tidak bertanggung jawab bila sampai ada yang terluka.


Temuan pertama,

Memahami isi kepala manusia itu bukan main menjengkelkannya. Mungkin diantara mereka yang beradu perasaan, hal tersulit adalah menebak isi hati. Tapi untukku, isi kepala adalah sumber dari segala sumber interaksi yang valid. Catatan lain, isi kepala tidak ditebak, melainkan dipahami dari setiap gesture yang ditampilkan. Satu contoh, terkadang aku tidak habis pikir mengapa manusia melakukan A padahal ada B yang jauh lebih berguna untuknya. Itu sangat menjengkelkan. Tanpa bermaksud mengadili, aku mencoba memahami setiap alasan yang dilampirkan. Namun semua kembali dengan, "Yang ada di pikiranlu tuh apa sih?" sebagai jawaban penutup. Semakin lama menimbang, semakin lama memahami, aku kehabisan cara untuk menyangkal. Sampai akhirnya buta dengan ketidak pedulian.


Temuan kedua,

Menjadi suportif tidak selamanya diperlukan. Kata baik bisa jadi tidak baik saat kita salah mengaplikasikannya. Satu contoh, anjing. Sudak cukup jelas bukan? Aku mengatur porsiku sendiri untuk bersemangat dan tidak bersemangat. Jadi, tidak perlulah menyediakan eluan di setiap pojokan. Kenapa harus terus semangat kalau kita sendiri tahu, proses tidak akan senilai dengan hasilnya nanti? cukup jalani dan lewati. Hampa.


Temuan ketiga,

Apa yang penting dan menyenangkan bagi satu manusia, berbeda dengan manusia lain. Ini temuan besar sekaligus yang paling sulit. Sulit sekali untukku berpura-pura tertarik dengan pembahasan yang sama sekali tidak ingin aku mengerti. Tapi demi menjaga kewarasan dan hubungan baik, sampai sekarang mungkin selamanya, aku akan terus berada dalam kubangan itu. Aku berjuang keluar dan kamu tetap tinggal itu seperti licik, tapi aku menetap pun tidak ada baiknya. Kita seperti tersesat di jalan satu arah. Sering aku tidak mau mengerti apa yang membuat itu penting bagi manusia lain, karena di mataku itu adalah hal 'ya sudahlah'. Lebih sering lagi aku tidak mau mengerti dan memilih menjaga diri untuk tetap bersih dan tidak mati.


Temuan keempat,

Perjalanan ini bukan hanya milikku sekarang. Aku tidak suka bertanya karena aku tidak suka menjawab. Keluarkan saja apa yang ada di kepalamu dan buat aku jatuh cinta. Kalau terus aku yang bercerita dan berpikir, kurasa aku sudah cukup mampu berjalan sendiri. Ingat, aku pernah berlari sendirian dan berhasil menyentuh garis akhir. Jangan sampai aku merasa tidak lagi membutuhkan pemeran. Aku memang takut kehilangan, tapi kehilangan terbesar yang paling aku benci adalah kehilangan diriku sendiri.


Sepertinya cukup, kapan-kapan kita mengeluh lagi. Sekarang kembali saatnya mengumpulkan skor di babak selanjutnya.

Komentar

Postingan Populer