Diskusi yang Tertunda

 "chit chat is good but deep talk is much better."

- aku, emang nerd dan sok pinter anaknya


Aku selalu penasaran dengan isi kepala seseorang. Itu kenapa aku selalu menantikan waktu untuknya siap memecah gelombang dan berbincang. Obrolan kecil dan sederhana mungkin banyak disukai di tempat lain, tapi sisi ruang kepalaku menginginkan satu atau dua ton cerita setiap sesinya. Bahkan ia bisa menyerap berlipat ribu mbps pada waktu hening tertentu. Sayangnya, beberapa jeda terakhir ini aku merasa kosong. Panelisnya hanya berbicara dalam topik yang senyap.

Satu hal yang kulakukan sebagai pelarian biasanya mencoba tenggelam untuk menuliskan monolog. Seperti sekarang ini. Rasanya tidak adil jika aku beralih menyelami lautan lain. Jadi yaa.. mungkin aku harus menjadi bajak laut tanpa awak untuk sementara waktu. Semoga tidak sampai lama, semoga hanya beberapa jenak.

Secara teknis aku tidak suka mengumbar basa-basi. Aku penembak dan pembegal percakapan. Melempar tangkap umpan lelucon sejatinya bukan citra yang ingin aku sampaikan, itu hanya framing. Mungkin itu caraku menikmati waktu untuk bertahan hidup, menjadi adaptif. Tapi kalau kawan bicaraku mencari sesuatu yang berbinar, aku sarankan untuk menggelar peta yang lebih luas. Mungkin sama-sama kita bisa temukan harta karunnya.

Ah, aku senang sekali diajak menjelajahi self improvement di pagi hari, siangnya kita nyemil financial issue, menjelang sore kita nikmati romansa sastra budaya manusia, dan tepat pukul 1 dini hari kita ngobrol politik. Tentu ini hanya anganku, rasa-rasanya aku tidak yakin ada entitas yang bersedia menepati rutinitas ini dengan senang hati. Andai saja bisa ada, kuberikan apresiasi sebesar gunung es yang ia mungkin sampai bingung menakarnya. 

Baiklah kalau itu terlalu tinggi, bagaimana jika kita beradu cerita sederhana namun mendalam? Sepertinya itu tidak kalah seru. Aku bisa menikmati sudut pandangmu, kamu bisa paham caraku melihat dunia. Bukankah menyenangkan jika ada setidaknya satu saja entitas manusia yang bisa mengisi ruang kosong di kepala? Selama ini aku masih mencari kepingan yang hilang (yang kuharap bisa ditemukan) itu. Kalau itu masih terlalu tinggi, aku akan kembali bersedih saja.

Komentar

Postingan Populer