Batasan Duniawi

 

Pada akhirnya, kesamaan kita sama sekali tidak berarti apa-apa.

Perbedaan itu sepuncak gunung es.

– Aku, berserah

 

Genap dua ronde, dua manusia duduk berhadapan. Bergerak pada petak takdir yang menuntun mereka, merendah-meninggi, menjauh dan kembali berpapasan. Membuang-buang detik untuk meracau dan berlarian mencari peran. Mereka telah membuka kotak permainan, merakit papan jalan dan menggenggam dadunya. Tuhan memang sangat bijak menghadiahkan mereka satu dadu dengan masing-masing sisi yang berbeda. Tetapi manusia tidak, bertaruh pada angka di setiap putarannya. Sampai tiba pada selat keragu-raguan, mereka tidak ingin menang, mereka mau angka kembar. Apakah pantas mereka meminta satu dadu lagi? Atau mungkin Tuhan baik hati dan berkenan mengubah sisinya? Kegelisahan itu tak pernah menemukan garis akhir.

Ribuan panah patah hati seharusnya sudah terlontar dari busurnya, namun hanya satu yang berhasil menikamku tepat pada pion terkuat. Kita sama-sama tahu kan? Kita percuma. Kita penakut, kita pecundang.

 

 

Komentar

Postingan Populer