Economical Damage

 "Jadilah manusia yang kaya namun tetap merasa cukup."

- Aku, tiba-tiba ekonomis.


            Sebagai dewasa muda dengan pekerjaan tetap pertamanya kebetulan di salah satu fintech, aku ingin bercerita bagaimana pandanganku mengenai hal-hal berbau uang. Mungkin aku tidak sendirian sebagai manusia yang suka bau uang, jadi kita hirup sama-sama sekarang.

            Kalau boleh menyebutkan nominal, ada hitungan asal yang kami (aku dan temanku) kebetulan tentukan untuk modal selama hidup di dunia dan pra disemayamkan. Tidak sedikit, tapi bukan masalah bagi kami karena ya awalnya itu hanya angan dua manusia dewasa muda. Masih banyak waktu dan cara untuk mencapai titik nominal yang ditentukan. Namun, dalam perjalanan mengumpulkan hitungan kami - terlebih untukku, selalu ada hal yang membuatnya bergerak mundur. Yah namanya juga relikui kehidupan, beberapa jenak aku menyikapinya dengan wajar. Sampai tiba temanku bercerita, hitungannya kini telah terkali 3 lipat di target ulang tahun kami 2 tahun kedepan. Menakjubkan! (kemudian aku mengasihani diri sendiri haha)

            Hitungan kami tidak berhenti sampai disana. Tentu kami proyeksikan untuk 30-40 tahun selanjutnya (mengabaikan inflasi). Dengan catatan, seiring kenaikan income pasti ada juga kenaikan kebutuhan namun gaya hidup tidak boleh berubah. Dan hasilnya.... bisa dibilang ratusan kali dari nominal kami 2 tahun ke depan. Grafiknya tidak linear, karena mungkin di kemudian nanti kami tidak lagi hidup untuk diri sendiri. Sesuatu yang wajar namun..  Hidup itu lucu sekali ya. Tanpa sadar, nominal yang kita putar sudah mencapai angka yang fantastis. Jangan dibayangkan kehidupan yang kami rancang ini sesuatu yang mewah, kami tetap realistis dan mengambil nilai kesejahteraan rata-rata. Sebagai manusia dengan kepercayaan, meski terhitung tidak mungkin tapi kami tetap percaya selalu ada jalan. (wow sebuah tagline!)


            Ada satu kejadian saat selintas aku mendengar sebuah percakapan,

            "Untuk barang seharga ini terlalu mahal. Kemarin saya perlu untuk mengurus surat kendaraan, saya butuh setengah dari harga barang ini. Saya ingat betul susah mendapatkannya." 

            Aku, sangat, teriris. Kalau saja aku tahu, tentu tidak akan kubiarkan kesusahan itu membersamainya. Nominal itu biasa aku sebut kecil, tapi di mata orang yang sangat sangat sangat membutuhkan bisa jadi luar biasa besar.


            Kejadian itu membuatku semakin menghargai apa yang aku punya. Terlebih setelah diberikan tanggung jawab yang lebih besar, semakin panjang pula aku menimbang kebijakan apa yang harus aku keluarkan, keputusan mana yang paling tepat aku ambil. Sampai saat ini aku masih beruntung tidak perlu menilai manusia dari materi yang dimiliki, lingkunganku juga cukup suportif. Tapi yaaa.. bagaimanapun cita-citaku tetap menjadi kaya, dalam berbagai pengertian. Salah satu yang membuat hidup kita aman, terima atau tidak, itu dari materi. Kesejahteraan, kemudahan, kenyamanan mungkin tolak ukurnya subjektif. Tapi seandainya sama sekali kita tidak memiliki jaminan untuk mengakses ketiga hal tadi, kurasa itu cukup mengkhawatirkan. Jadi... bijak-bijaklah mengatur keuangan anda! 

(semoga ada uang untuk diatur haha).

Komentar

Postingan Populer