Monolog Kesekian
“Sebenernya aku gak begitu peduli
sama isi hati seseorang, karena aku terlanjur jatuh hati sama isi kepalanya.” – Aku.
Ada seorang lagi yang kukagumi isi kepalanya, hanya saja dia seorang yang belum
cukup kukenal. Antara iya dia yang terlalu misterius atau aku yang menghindar
mengenalinya. Sungguh, jatuh terlalu dalam kepadanya tidak akan berakhir baik. Kutahu
itu. Menahan rasa penasaran lebih seru kok ketimbang menahan perasaan.
Harusnya perputaran antara kami terjadi biasa saja. Oke ini aku yang selalu
tidak biasa. Tapi, kurasa pelan-pelan kenapa kita jadi mengorbit pada satu
titik dan berjalan beriringan, atau ini hanya intuisiku? dia memang agak
ke-aku-akuan sih. Tapi kurasa dinding yang kubangun diantara kita cukup kokoh. Memang
aku tidak pernah mencoba menerobos, berandai-andai pernah. Tapi, ya.. sakit
juga kalau harus membayangkan diriku menabrak dinding.
Isi kepalanya berputar tentang apa yang ingin aku suarakan. Isi kepalanya
melengkapi bagian kepalaku yang kosong, bagian yang tidak bisa kuiisi sendiri. Dia
punya hal yang sebelumnya kudambakan, lalu dia membaginya. Betapa beruntungnya
aku. Ah tapi selalu begini haha. Pada akhirnya aku akan merelakan mereka besar
dengan kepalanya. Soal hati, aku tidak akan berekspektasi apa-apa.
Semangat ya! jangan pernah merasa kecil, kamu selalu hebat dimataku. Teruslah
melakukan kesalahan, aku suka caramu memperbaikinya.
Komentar
Posting Komentar