Si Sial
“Orang-orang baik, hebat, pinter kaya mereka harus dipanggil duluan. Kasihan ya.”
“Bisa
jadi mereka lebih beruntung”
– Aku, selesai
Hal
paling menakjubkan buatku adalah mendapatkan panggilan. Mungkin bagi sebagian manusia
lainnya, mendapatkan kasih sayang yang tepat sudah cukup. Tapi sepertinya aku baru busa bersyukur saat aku bisa dengan cepat menemui giliranku.
Bukan,
bukannya aku merasa tidak berarti di dunia ini. Karena yaaa.. kutahu, sepersekian
dari aku masih dibutuhkan di bumi. Tapi kan, kalau aku boleh egois, ya aku juga
mau memenuhi kebutuhanku akan tenang. Sekalipun perjalanannya akan sangat
terjal (kusadari aku bukanlah seorang suci). Aku sama sekali tidak memberikan jaminan akan terus bisa berbuat baik, jadi yaaa sebelum menabung noda lebih
lama bukan?
Dialogku
dengan Tuhan selalu diakhiri, aku kapan ya?
Aku
memang akan dengan sukacita akan menjawab panggilan, tapi belum sampai beraniku
menjemput panggilannya. Rasanya mau menyerah tapi aku kehabisan cara untuk
berpasrah. Ragu-ragu selalu membayangi dari pagi sampai pagi lagi. Sejujurnya tidak
ada yang kulindungi selain diri sendiri tapi juga aku sangat tidak ingin
merepotkan orang lain. Itu kenapa aku selalu penasaran rasanya tenggelam, tapi
bisa berenang.
Kalau Tuhan panjangkan umurku, rasanya akan terbuang percuma. Boleh tidak ditukar saja dengan mereka yang lebih punya ambisi untuk bertahan?
Rasanya aku jarang sekali menyampaikan permintaan. Sekarang waktunya. Aku mau tidur, lalu bangun di alam lain boleh?
Komentar
Posting Komentar