Jerit Tanpa Suara : puisi lupa daratan

tahukah kau apa yang layak diperjuangkan?
beritahu kami kalau itu bukan kuasa
kapan saatnya tak layak dipertahankan?
hingga kini kau koyak massa
dengan makhluk paling mengerikan bernama kehilangan
kami tahu kau tak merasa
hatimu membatu

keyakinanmu berjalan diatas pecahan kaca
tapi kenapa harus kami yang menelan bara?
deru sirine sama sekali tak menghibur
kami yang lapar rela menyantap granat
kami sesak dalam mesiu
lautan merah sejauh mata memandang
hatimu palsu
apakah kau berusaha hidup sendiri saat kau hancurkan tanah dan udara?
apakah kau berdiri terlalu dekat dengan api seperti pembohong yang minta maaf pada batu?
saat tiba waktunya yang hidup dibiarkan mati
dan tak punya kesempatan lain
pilihannya mati segera atau segeralah mati sebelum memilih
sesuatu dalam hati itu telah apatis,
tak ada simpati
sesuatu dalam otak itu telah berkarat
tak ada akal sehat
masih terasa belainya
oleh tangan berdarah yang tak bisa disangkal waktu
nafasnya pun tersengal dilucuti peluru
darah, keringat, air mata menghantarnya berpulang
inikah hadiah untuk kami?
rengut saja harta kami, lahap saja tanah kami
hanya satu, jangan ambil nyawa keluarga kami!
berteriak pun percuma, letupan senapan lebih merdu
berontak hanya menambah korban
yang ditinggal hanya meratapi, menderita
bahkan yang pergi tak masuk peti, syahid
air mata tak berdosa, apa kurang manusiawi?
perlahan namun pasti kau bumi hanguskan tanah ini
kekuasaanmu lapar menjual terntara
apa negeri-negeri bahagia hanya dalam dongeng?
tidak bisakah kami mengecapnya?
kami tahu keadilan dan hukum tak memakan tumbal
hak asasi perspektif nyata tak terbantah
dibawah temaram ini kami jemput keadilan
menengadahkan telapak dan terus bertasbih
api ini padam namun bara belum berakhir
kami bernafas tapi sesak, kami bicara tapi bisu
kami mendengar tapi tuli, kami bergerak tapi pincang
kami hidup tapi mati!



... seharusnya lahir 20 mei mendatang, tapi dia prematur, segala berkekurangan.

Komentar

Postingan Populer