Rumput yang Berakar Budi (Teori Pascal)

Sejak memasuki sekolah menengah sampai kemarin, aku hanya tahu belajar dan belajar. Tapi pada akhirnya selalu saja mengecewakan dalam pengujian. Besok pun aku sedikit ragu akan lebih tidak mengecewakan. Kemarin dan hanya sampai kemarin aku berani menjawab. Pertanyaan yang sejatinya tidak memerlukan jawaban sekali pun orang lain menuntut kejelasan. Tenang seperti hutan. Aku menahan diri dan menunggu karena belum ada bukti untuk hasil ini.

Tentara yang kuat seperti apapun, saat kesulitan pasti akan melihat kearah komandannya. Tentu saja aku bukan tentara, tapi rasa-rasanya aku punya komandan. Semoga saja komandan yang nanti kulihat itu, menyambut dengan maklum. Walaupun dibuat dengan sempurna, tetap saja imitasi jika di amati baik-baik pasti tahu. Walaupun terlihat bahagia, kalau sudah menyangkut diri sendiri akan sulit. Di tengah kesadaranku yg samar, aku merasakan tatapan dingin yg seolah mengejekku. Aku tidak peduli. Sungguh. Mau bertatapan sekalipun, kalau terus berlari, aku tak akan menang. Aku tak lebih dari tukang kritik yg mencari-cari kesalahan orang. Kalau sudah begini, mana berani menatap. Walau diselubungi pagar agar terhindar dari hujan & panas, bunga akan layu karena merindukan matahari. Aku tetap kalah. Secerdas apapun rencana yg disusun, yg akan tersenyum pada akhirnya bukanlah si penjahat. Karena aku penjahatnya. Dosaku tidak bisa hilang semudah sulap.
Sifat emosional kadang menghambat analisa dan menjauhkan kita dari kenyataan. Mungkin jika bersembunyi terus seperti ini, bisa lolos dari khalayak. Tapi mana mungkin bisa lolos dari perasaan bersalah. Seorang yang tidak pernah bodoh mengatakan jangan mati karena mengejar penjahat dengan teori. Kenyataannya aku tidak paham selain teori. Kalau ditangkai, bicaraku serupa benalu. Menjalar panjang lebar tak tahu diri. Kalo aku sampai bertindak lebih jauh karena rasa ingin tahu dan rasa keadilan, aku akan kehilangan segalanya. Jika aku lengah, sang pembunuh itu bernama dendam. Patokannya adalah hal yang berbeda dari biasanya. Kalau ada suara sumbang, pasti ada yang berbeda. Walau itu sepele, itu tetap masalah besar.
Sebagaimana yang aku pahami dan aku yakini, yang penting bukanlah dari mana kita dapat pengetahuan itu, tapi dimana kita bisa menerapkannya. Untuk memperdaya lawan, harus dimulai dari kawan kan? aku penjahatnya, kalau boleh dibuat sama dengan pencuri. Sama-sama penasaran dengan apa yang disimpan rapi oleh seseorang. Semakin tidak mengerti semakin mengasyikan! Rasa ingin tau yang tak tertahankan dalam diriku ini meluap.
Yang bisa membuat tendangan penalti meleset hanyalah orang yang mempunyai keberanian untuk melakukan tendangan penalti. Yang pernah bersalah adalah orang yang berani melakukan, menaklukan, memaklumkan.

Komentar

Postingan Populer