Meliorism


“Have a sister in law, but never same like you”
– my mother’s daughter



Babak Pertama
Semuanya mulai lebih terkendali sekarang. Tapi tiba-tiba tetep ngerasa kangen, ngerasa gak sama dengan yang biasa gue dapetin dari orang-orang di rumah. Disini ade kakak tapi kaya sendiri-sendiri. Dan gue pun sadar, tidak semua sama seperti yang kita harapkan. Di luar sana banyak macem-macem tipe manusia yang cuma bisa kita tolerir tanpa perlu kita pusingin.


Babak Sebelumnya
Kamu ujug-ujug disana, ujug-ujug dimana, bisa gak sih bilang dulu sebelumnya? Bukan apa-apa, kamu tuh gak hidup sendiri. Udah berkali-kali diingetin, berulang terus. Goodluck. Semoga semua urusan kamu lancar. Kalau pun ada hambatan semoga bisa teratasi. Aamiin.

Kedua babak diatas lahir dari orang yang sama. Orang yang selama ini hampir selalu tak tersentuh keberadaannya, apalagi hatinya. Hanya saja, kali ini bukan aku yang menjadi objek penderitanya. Dari dua pernyataan diatas, aku tahu, sangat tahu, bahwa dia membenci kesendirian.

Dulu, dulu sekali, bahkan sebelum dahulu, aku membenci perasaan itu. Perasaan terabaikan pada dimensi yang tak terkatakan. Ia selalu seolah mengabaikanku, tak apa, aku mengerti hidupnya sangat berat. Kurasa, aku ini hanya berjuang sepersekian persen dari perjuangan hidupnya. Hidupku mewah, bermanja, dan aku sempurna. Kira-kira begitu dimatanya. Padahal bagiku, kesempurnaanku adalah dia. Aku ingin menjadi dia, sangat ingin, mengagumkan. Kita saling cemburu dan berhitung siapa yang lebih beruntung. Dingin. Hatiku membeku.

Aku juga benci kesendirian. Dulu. Kini aku menghidupinya.

Sebelum ia pergi bersama lelakinya, aku hanya berpikir kalau “I lost her, even though I've never had before”. Pedih, menyadari tak akan ada girls’ day out atau apalah itu sesuatu menyenangkan lainnya. Aku pernah bermimpi itu sekali, tapi ya hanya mimpi, setelah bangun tidak ada apa-apa lagi. Kemudian hampir setiap incinya kita jalani masing-masing, sampai akhirnya remahan roti tak sanggup menggapai jarak yang kita tebar.

Aku ingin belari, berteriak padanya, memeluk dan menamparnya agar ia tahu disini aku mencintainya. Cinta itu ada dan nyata. Seperti yang mama selalu katakan.

Komentar

Postingan Populer