Tertolak Dunia
“Kamu tidak perlu mengagumkan untuk disayangi.
Kamu cukup bersabar menemani saat ia marah dan tetap tinggal walau ia
membosankan”
– Baca
di timeline line, gatau punya siapa
Tulisan ini ada
karena kekecewaan yang datang tanpa tahu malu. Kecewanya satu, tapi karetnya
dua, iya pedes. Kamu payah sih.
Penolakan #1. Kamu
terus berusaha untuk mendapatkan sejarahmu. Bagimu itu usaha yang berarti,
namun sayang ketika hasilnya memang tidak menyenangkan. Lagi-lagi kamu merasa
dunia tidak berpihak padamu. Padahal nyatanya itu memang bukan ranahmu, harusnya dari awal
kamu sudah paham di sebelah mana peranmu. Kamu berkaca pada orang lain, tidak
buruk. Namun ambisimu yang tidak tertata rapi itu malah membuatnya berantakan. Kamu
belum bisa menyusunnya menjadi cerita manis. Kamu terus bekerja dibawah tekanan
pencapaian-pencapaian yang tinggi. Sesak, alur hidupmu terus dikemudikan dengan
hal-hal diatas langit. Rasa bersyukurmu kian terkubur bersama sisi baikmu. Satu
dunia menolak dan memintamu untuk kembali berkelana mempelajari dirimu.
Penolakan #2. Lingkaran
manusia akan terus terisi kebohongan. Percayalah, akan selalu ada yang tidak kamu
ketahui. Entah ketika kamu sudah mengenalnya, atau mungkin belum, atau bisa
jadi kamu hanya mengenalnya sebagian. Pelan-pelan tapi pasti, hubunganmu dengan
manusia akan terus merantaikan satu demi satu kebohongan. Rasa tidak enak, kesalahan,
bahkan bisa jadi lempar senyuman pun awal dari sebuah kebohongan. Saat itulah
lingkarannya mencoba menolakmu. Sadar atau tidak sadar, busurnya bergerak
menjauhi orbitmu. Melenggangkan gravitasi antara kamu dan entitas didalamnya. Ada
yang dengan ramah mengundangmu, manis sekali, tapi seketika dibuang begitu saja.
Ditambahkan dengan pengetahuanmu yang minim dan ekspektasimu yang kelewatan,
rasa-rasanya lingkaran itu tidak akan bulat sempurna.
Penolakan #3. Dua
manusia ini mencoba untuk tetap bertahan pada masing-masing pegangannya. Entah sudah
berapa kali yang satu dikecewakan, dan berapa kali sisanya mengecewakan. Lucu. Ketika
kadar bahagia seseorang bergantung pada esensi kehadiran orang lain. Padahal
bisa jadi seorang disana tidak berharap apa-apa. Disanalah letak rumitnya hubungan
manusia, apalagi terikat soal hati. Ah urusan ecek-ecek yang membuat
sepersekian persen pikiranmu runyam. Buang tenaga. Bukannya sudah jelas-jelas
ia menolak keberadaanmu. Oke diperhalus, ia hanya sedikit mengabaikanmu karena
bukan kamu yang ia harapkan. Bukan kamu loh. (Apanya yang halus haha)
Jadi, bagaimana
rasanya penolakan itu semua? Sebenarnya tidak harus melulu semuanya diterima. Dunia
punya caranya sendiri untuk membuatmu bahagia. Percayalah. Berhenti untuk
terjebak di titik kecewamu, selama ini kamu hanya berputa-putar disana dengan
alasan mencari solusi. Padahal solusinya adalah, tinggalkan. Life must go on
and bring its drama.
Komentar
Posting Komentar