New Currency: Data


All models are wrong but some are usefull.”
– George Box

Hanya ada dua cara untuk menjalani kehidupan bagi seseorang. Satu seolah-olah tidak ada keajaiban, yang lain seolah semuanya adalah keajaiban. Seperti hari ini, seperti statistika, selalu punya alasan ajaib kenapa aku masih bertahan.


Aku selalu punya mimpi buruk yang lebih baik daripada kenyataan studiku. Ini serius. Sebenarnya literasi numerik-ku tidak terlalu buruk. Hanya saja... semua ini terasa merepotkan, semua tentang statistika itu merepotkan. Entahlah rasanya statistika adalah mathematical theory of ignorance buatku. Hanya nol besar yang selama ini kutumpuk tanpa satu-satuan angka di depannya. Ah tapi aku tidak akan bercerita tentang ini, aku tidak cukup bukti untuk bersedih atas ini. Selalu ada yang perlu disyukuri atas ini semua, banyak sekali. Dan kali ini, tidak sengaja rasa syukurku telah bertambah.

Sampai semester 6 ini memang aku belum akrab juga dengan statistika, nyesel sih. Diluar konteks aku yang ngga suka statistika, aku masih suka beberapa hal ajaib yang bisa statistik lakukan. Kalau ada yang tahu, salah satu kutipan Dee,
“Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran, bahkan jiwanya. Bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yg paling hina?”
Yang mebuatku kesal sekaligus takjub adalah itu belum apa-apa dibandingkan dengan statistik. Statistika berhasil membuat manusia menjual hidupnya dengan sukarela secara sadar. Oke sukarela itu bukan menjual, berarti mana yang lebih hina? Sialan hahahaha.

Sehebat itu. Pertama kali aku paham konsep penjualan hidup ini saat naik ojek online di Bandung. Kurasa abang-abang ojeknya cukup perhatian pada perusahaannya. Beliau bahas banyak hal soal regulasi data sampai bagaimana perusahaannya bisa menjadi unicorn. Aku gak bakal bahas panjang, biar temen-temen pembaca mikir sendiri aja. Intinya, sumber penghasilan mereka itu bukan sepuluh ribuan yang aku kasih, tapi dataku. the most valueable currency in this digital age!

Setengah perjalanan kurasa ada yang perlu didebat, mosinya adalah apakah ini termasuk pencurian atau tidak. Tapi sudah cukup bukti untuk menyatakan tidak ada praktik perpeloncoan disini. toh customer memberikan datanya secara sukarela. Selama data itu dipergunakan untuk hal yang reatif wajar, so far so fair.

Hari ini, Keynote Speaker dari salah satu perusahaan provider kembali mengulang interaksiku dan abang ojek waktu itu. Beliau kembali membuka tabir datanya dan memaparkan how to play smart with that. Cara mereka mengemas bagaimana pencurian itu terlihat cantiklah yang menarik. Satu, dua, sampai seribu, seribu juta. Ah seharusnya harga itu yang dibayar untukku  dari setiap login haha. If you know what I mean.

Aku mungkin bukan bagian dari perompak seperti itu, ya minimalnya aku bisalah jadi bandit-bandit kelas curut. So let’s go home and stare into our scatter plot, dimana seharusnya aku bisa merasa beruntung.

Komentar

Postingan Populer