Perdamaian dari kolam

“Kalau kamu berenang lebih cepet, nyampe lebih dulu,
kamu jadi punya waktu istirahat lebih banyak”
- Pelatih Renangku


Dulu, setiap latihan renang sesi endurance, pelatihku selalu bilang gitu. Sesi ini dimulai dengan semua perenang berenang di satu lintasan membentuk barisan.  Jadi sesi ini biasanya kita berenang 500m - 1000m per 100m. Jadi sekali jalan itu 100m dibikin 5 sampe 10 seri. Dari satu seri ke seri selanjutnya itu ada waktu istirahat sekitar 30 - 60 detik, dihitung dari perenang pertama dengan jarak tiap perenang 5 detik. Aku selalu ambil posisi jadi perenang terakhir.

Sejujurnya aku suka sesi ini karena tinggal renang aja udah, tapi paling gak suka juga kalau diminta buru-buru karena ketinggalan jauh dari perenang di depanku. Pelatihku gak salah, lebih cepat nyampe jadi lebih banyak istirahat. Tapi saat itu aku masih berpikir, untuk berenang lebih cepet berarti aku mengeluarkan tenaga lebih banyak. Jadi untuk dapet istirahat lebih banyak, aku harus lebih cape. Kalau gitu sebanding dong dengan berenang lebih santai, tenaga yang keluar sedikit, dilanjut istirahat yang gak perlu banyak juga. Akhirnya aku memilih untuk menikmati keterlambatanku.

Sama dengan hari ini, aku jadi anak bungsu dosen seperbimbingan. Rasanya… sama tertekannya ketika catatan waktuku terpaut jauh dari teman renangku. Bukan hal besar memang, kecuali kalau saat ini aku dalam pertandingan renang tentu saja aku sudah kalah. Dilain cerita, pernah satu waktu aku mencoba turun di nomor jarak menengah. Saat itu nomor 100m gaya bebas, tahun 2007, kurang lebih saat aku kelas 3 SD. Ternyata aku tidak gagal. Ya, perunggu sih.  Periode selanjutnya, tahun 2013. Perunggu lagi untuk nomor 200m gaya bebas dan 200m gaya punggung. Semua medaliku perunggu dari nomor jarak menengah, aku sama sekali tidak punya medali dari jarak pendek. Satu pun. Sejak saat itu aku jadi tahu kalau kekuatanku bukan soal kecepatan, tapi ketahanan. Aku menikmati prosesnya, mengenal medannya dan menjawab tantangannya.

Faster better, tapi bukan untukku. Pelatihku benar, tapi beliau memperbolehkan aku menoreh prestasi versiku sendiri. Begitupun kelak penelitianku ini. Semangat, Aku.



---------------------------------------------
Aku hafal program latihan karena masih kusimpan catetannya di dompetku sejak 3 SMP. Kemudian dompetnya hilang, tapi memorinya masih kusimpan.

Komentar

Postingan Populer