Minggu Paling Merepotkan

"Setengah minggu ini ada doa yang tidak didengar dan usaha yang dikhianati"
- Aku, dengan kekecewaan penuh.

Hal buruk selalu saja terjadi, mungkin beberapa kali, dan beruntungnya aku sudah terlatih untuk bermain dengannya. Tapi ternyata tidak untuk kali ini, ketika hal buruk dari empat dimensi penting di hidupku datang bersama, beriringan, bergandengan tangan. Kurasa mereka mau bertindak curang kali ini.

1. Skripsiku tak kunjung kelar
Aku masih juga gak berani untuk chat dosen, progresku masih juga lambat sekali, dan selalu muncul hal-hal yang aku tidak mengerti di setiap sesi pengerjaannya. Hari senin aku berniat untuk bimbingan, tapi terus terus dan terus ditunda sampai tiba di akhir minggu. Aku tak tahu kebodohan jenis apa yang menimpaku.

2. Teman kerja yang sedang tidak bisa diajak nyaman
Sudah beberapa project lalu aku bilang, "oke ini project terakhir" karena aku memang sedang tidak ingin membagi fokusku. Tapi setiap menjelang akhir project, ada saja lagi dan lagi project berdatangan. Sialnya, semua sepakat, pada awalnya. Tapi sampai di tengah jalan? Aku heran, mereka ini kenapa dan kemana. Sejujurnya aku tidak pernah kecewa seberat itu, sebelumnya aku selalu menganggap semuanya selesai dengan baik-baik saja, tapi kali ini.. mereka sungguh menghambat prosesku, menganggu waktuku dan membuat hariku semakin berat. Aku tahu bukan hanya aku yang sibuk disini, biasanya kami selalu berakhir damai karena komunikasi yang bisa diperbaiki. Tapi kali ini.. pufff. Menghilang tanpa kabar, tanpa respon, tanpa mengungkapkan apa yang jadi kendala, itu membuatku sangat tidak terkendali. Aku harus bagaimana, aku hanya ingin semuanya kembali nyaman. Aku tidak keberatan kalau pada akhirnya aku yang harus mengalah, tidak apa-apa, tapi kurasa ada yang situasi yang mereka pahami juga.

3. Kecipratan minyak panas
Aku tidak suka gorengan. Itu dilatar belakangi dengan adanya proses menggoreng disana. Aku benci menghadapi minyak yang meletup-letup tanpa kompromi. 
Hariku sudah cukup berat sampai akhir minggu ini. Kedatangan tamu di akhir pekan selalu memicu kepenatan yang baru untukku. Tapi mau bagaimana lagi. Sore itu aku diminta untuk menggoreng cireng. Sungguh, kurasa segala persiapan mental dan fisik sudah dirasa cukup. Tapi aku kecolongan juga. Bagian terburuknya adalah.. minyaknya melukai bagian sekitar alis dan mataku. Apa rasanya? Ya panaslah, gilak kali. Aku ingin mengutuk siapapun yang menciptakan cireng. Pada akhirnya yang kulakukan hanya mengatur pola napas dan berdamai meski sampai di spasi kali ini aku masih terus menyumpah serapah.

4. Merasakan penolakan ke-sekian kalinya
Aku punya teman bercerita, kita memang tidak pernah berjanji untuk selalu ada. Tapi aku berusaha untuk tetap menguatkannya sekalipun keadaanku payah. Setiap kali. Satu waktu aku memberinya kabar buruk, tapi sampai hari ini tidak juga didapat balasan. Selang beberapa waktu, aku melihat manisnya ia bersama rombongan pujaannya. Tidak mengapa, aku sudah terlatih untuk tidak diharapkan. 
Satu lagi, aku mengajukan penawaran bodoh dengan menaruhkan pengharapan di dalamnya. Apakah berbalas? Yap, dengan ketidakpastian. Lucu sekali karena satu-satunya hal yang pasti dalam bumi ini adalah ketidak pastian. Aku berjanji setelah itu tidak akan pernah memintanya lagi. Cukup ia saja dan keperluannya, aku tidak mau ikuti permainannya.

Kadang Tuhan begitu asyik memberi warna di hariku. Sampai aku tidak ingin hidup lagi. Oke, secara ilmiah, aku jujur. Secara harfiah, jujur aku tidak siap.

Kesimpulan dan harapan dari minggu ini untuk aku di minggu selanjutnya, kira-kira:
Aku hendak menemukan seorang yang bisa diandalkan dan tidak mengecewakan, untuk menutup hal-hal cemen seperti diatas, untuk melupakan kalau aku pernah kalah dan mengenaskan, untuk mengobati luka yang tidak pernah sengaja digoreskan. Kalau seseorang itu hanya aku, maka biarkan aku berdoa untuk tidak keberatan memangkunya sendirian.

Selamat, kamu masih tidak keberatan untuk tetap hidup meski sakit kepala.

Komentar

Postingan Populer