#txtdariteman_4: Refleksi


“Wejangan dari Kakak Perempuan”


Hidup itu patungan, isinya donasi, kita gak bisa mau kabur setelah dapet enaknya. Gak etis. Drama tentang ‘aku mau jadi apa’ dimulai lagi. Sebagai anak bungsu yang merasa gak macem-macem, jelas saja aku kurang nyaman dengan peran yang kudapat. Ceritanya selalu dari sudut pandang orang ketiga serba tahu, skenarionya tinggal kuterima jadi, suka tidak suka pertunjukan tetap harus dimulai. Tapi namanya juga aku, kalau belum nakal ya belum aku.


Aku yang penakut dan gak pernah mau ambil resiko, selalu ambil pilihan dengan prinsip ‘yaudah ikutin aja lah, biar kalau nanti salah, bukan aku yang disalahin’. Pernah satu hari, di rumah teman SMA-ku, di depan guru SMA-ku, kubilang ‘aku bisa masuk statistika, tapi gak janji untuk berusaha lebih jadi orang paling cemerlang disana’ kesimpulannya, kalau masuk statistika aku bakal B aja, bisa syukur, kalau ngga ya yaudah. Semangatnya jelas beda kalau aku bisa masuk Arsitek (jurusan yang aku pengen saat itu), berdarah-darah pun aku janji bakal tetep melakukan yang terbaik sebagai bentuk rasa syukur dan bukti cintaku. Jadi, kurasa itu menjawab pertanyaan atas bagaimana pencapaianku saat ini.

Selain karena udah masuk, perihal masa depan yang di janjikan stk-ipb juga sangat memukau (katanya, dan semoga aku merasakannya juga) itu jadi alasan kenapa aku bertahan. Sejauh ini pasti ada perasaan menyesal sih, kaya ‘kenapa ya aku gak mau berjuang lebih waktu itu? Coba kalau kemarin aku belajar dengan baik, di akhir aku gak akan punya pikiran unqualified gini’. Tapi itu berlaku barang beberapa menit awal setelah lihat karir kakak-kakak jurusanku yang gemilang. Menit selanjutnya selalu ada, ‘yaudahlah, toh kamu gak bakal mati kalau pun gak jadi statistisi’ iya, aku gak bakal mati karena aku berjuangan dengan hal lain untuk bertahan hidup. Semester 4 saat pasrah-pasrahnya dengan perkuliahan, aku masih sempat punya mimpi sebagai pekerja bagian statistika (entah apa sebutannya) di perusahaan properti, jelas saja tujuanku adalah berteman dengan arsitek, apalagi. Isu percintaan yang satu ini benar-benar tidak bisa aku hindari.

Saat kucoba untuk main lebih jauh, kutemukan satu prinsip lagi, ‘kalau kecemplung, sekalian aja nyebur, berenang, nikmatin’. Beda hal dengan STK yang ‘aku kecemplung terus tenggelem’, proses kecemplung kali ini ternyata membawaku ke kehidupan yang lebih baik. Jujur, aku sama sekali tidak menyesal karena tidak mengenal DKV sebelumnya, ada kenikmatan tersendiri karena aku ada di STK dengan kompetitor skala internal yang sangatlah kecil. Meski yaaa.. sampai sekarang aku masih bingung mengantisipasi poin requirement perihal background akademik. Aku belum menyatakan dunia mana yang aku pilih kelak. Prioritasku saat ini tetap ‘selesaikan apa yang sudah di mulai’.

FINANSIAL

Bagian paling krusial dari drama ini. Bagaimana pun, pihak pemagang saham tertinggi, dalam hal ini mama papa, akan terus memastikan kalau aku harus punya jaminan. Secara sederhana, paling aman kamu bekerja di pemerintahan. Lalu adegan selanjutnya, kakak, lebih baik tembak perusahaan besar sekalian, kementerian atau BUMN. Kepalaku belum mau meledak sih memikirkan ini, malah yang ada.. ‘aku buka commission character seharga 50k per kepala kurasa cukup’. Jangan heran karena isi kepalaku ecek-ecek, itu sering terjadi. Aku membuatnya lebih mudah dan cepat tanpa pertimbangan matang dan memikirkan orang lain, namanya juga anak bungsu.
Omong-omong soal masa depan cerah, kurasa pekerja kreatif juga menjanjikan. Meskipun terlihat no life, ya memang no life, 9 to 9 dan segala tekanan dari dunia yang terus bergerak, tapi selalu ada hal yang bisa kunikmati. Akan banyak hal yang membuatku berkembang dan menjadi lebih baik, ada perjuangan yang menghidupiku. Kalau boleh bilang ada mimpiku disana, ya memang ada. Sebagai orang baru dan pemula di dunia kreatif, tentu banyak sekali hal yang harus kepersiapkan. Rasanya, di awal-awal nanti akan ada proses berdarah-darahnya juga. Belum lama ini kuketahui host frodcast baru berusia 23 tahun, selisih satu tahun denganku tapi selisih ratusan langkah di perjalanan karir kita.

HUBUNGAN PERSONAL

Belum juga kuputuskan untuk kerja apa dan dimana, mama sudah langsung mengabari keluarga untuk mencari kontrakan dengan radius terdekat. Bagian ini berhasil membuat kepalaku mendekati bom waktunya. Pertama, belum ada diskusi perkara adegan ini. Kedua, kenapa harus ini kenapa harus itu, kenapa aku belum mendapatkan kepercayaan yang bahkan sepertinya belum dan tidak akan pernah kudapatkan. Oke, lewati bagian ini, terlalu berat untuku. Memikirkannya saja sudah mual, aku lebih suka berdalih ‘nanti lah, satu-satu…’ untuk memastikan dan menyatakan, aku tidak mau ada aturan terikat sebelum kita tanda tangan diatas materai.
‘kalau life cost disana dan disini sama, ya jelas aku akan pilih disini, di rumah’ sumbangan percakapan dari kakakku. Kurasa perlu ada narasi untuk itu, aku tidak memutuskan perkara berapa keuntungan yang aku dapatkan nanti, meskipun iya aku perhitungan. Hanya saja ada beberapa pertimbangan seperti apa yang aku kerjakan dan akan bekerja pada siapa (aku tidak mau bergantung), itulah yang berbeda antara disana dan disini. Kali ini, aku tidak mau memperpendek pertimbanganku tentang pilihan. Aku mungkin bukan perencana yang baik dan belum punya pengalaman, mungkin ada baiknya juga untuk membiarkan aku salah dulu.

ORIENTASI DAN PRIORITAS

Kenyamanan adalah hal utama bagi keluarga. Tapi kenyamanan seperti apa? Rasanya aku perlu definisi pasti atas ini. Sekian.

______________________________________________________

Padahal secara sederhana dan jujur, dari hati yang paling tulus, aku hanya ingin bilang ‘aku gak mampu berdiri sebagai seorang statistisi, persetan dengan bayaran 2 digit yang kudapat nanti, aku malu’. Cukup sampai disitu.

Komentar

Postingan Populer