Kopi : Teman Bicara
Pagi Itu di Warung Kopi
Makan pagi itu menyenangkan, tapi aku belum mencintainya.
Tidak tahu kalau nanti sore.
Semerbak aroma teh yang pekat mengabari lewat angin
Dua piring penuh kudapan ditikam oleh kekuatan rinduAku pesan dua, untukku
Roti isi coklat dan agar-agar gratis
Yang membuat aku kenyang hidup di bumi
Tapi ternyata kenangan belum habis laparnya
Terus memesan histori tak tahu malu
Seperti aku melempar potongan lelucon asam manis
Seperti aku mendengar seduhan kisah hitam lengkap dengan ampasnya
Seperti aku membayar sebungkus tawa gurih nan renyah
Seperti aku diganggu asap-asap kretek panggang itu
Itu adalah santapan paginya
Pagi istimewa yang adalah biasa saja
Semula aku dimanjakan dengan saus coklat
Irisan kecil roti itu aku suapkan dengan garpu di tangan
kiriKarena irisan roti itulah tiba-tiba terpikir olehku
Menuliskanmu juga warung ini
Aku menggigit irisan rotinya
Sambil mengingat caramu menggigitnya
Pikiran dan perasaanku berputar-putar di atas meja
Padahal hampir separuh roti tadi sudah berpindah alamTapi perasaan tetap sama,
Menjalar hingga ke siang
Terutama mataharinya yang besar
Berhasil memenangkan diam, mengalahkan selera
Hanya ingatan yang bawel minta makan
Kamu jangan padam
Seperti aku yang memesan teh di warung kopi
Hanya ingin mengekalkanmu lekat-lekat pada aromaMenikmatimu
Selamat makan juga, Gus.
Komentar
Posting Komentar