Puisi : bukan darah juang
SUMPAH
Satu bulan kering lagi, Oktober
Makin hari makin surutSeperti saat ini kamu menyeruput kopi di beranda
Seperti kemarin pribumi ditelan perut Belanda
Seperti besok pelan-pelan berbalut keranda
Sisa asam samar-samar masih lekat di lidah
Kretek pun hangus di tangan yang basah oleh peluhSejujurnya aku tidak tahu kenapa kamu mengeluh
Ini kan Senen
Pukul 09.00 (sembilan)
Oktober selalu membawa oleh-oleh ke rumahmu
Kemarau moral biasanya
Kamu hanya bolak-balik bertanya,
Berapa harga sebuah Oktober jika ditebus?Kesalahan yang indah ya, Gus
Nantikan saja bulan kering menyapa
Suatu waktu, aku belum tahu kapan
Sumpah Oktober rasanya tersembunyi dalam senyap
Kalaupun dipukul-pukul hujanBunyinya tetap tidak akan nyaring lagi
Oktober adalah utusan Tuhan yang memanggul sumpah di pundaknya
Juga ada kota di kakinya
Yang hanya menyumpah
Mengutuk
Habis sudah kamu maki ladang sampah itu, Gus
Katanya pahitSeperti kopimu
Seperti kemarin, seperti tiga hari lalu, seperti bulan lalu, tahun-tahun lalu
Kamu putra sumpah, pemuda berbaju merah!
Negeri ini hanya berisi sumpah bersimpuh menyerapahi
Pejabat disumpahAparat disumpah
Keparat disumpah
Kamu sumpah
Aku sumpah
Sumpah sumpah
Rasa bersalahmu itu sekarang selebat hutan
Pohon itu butuh bulan hujan, bukan OktoberKalau Oktober sebatas bulan-bulanan warga,
Lalu warganya?
Sumpah, Gus
Asap terakhir hanya menitipkan beberapa pejam
Entah sudah berapa Oktober yang kamu sulutAbu-abu ibu-ibu bertebaran
Berserak tak tahu diri
Sumpah-sumpah masyarakat
Tanda merah siapa peduli
Mau jadi apa?
Teruntuk Puisi, Kuningan, dan UNIKU. terima kasih :))
Komentar
Posting Komentar